Kamis, 22 Desember 2016 22:21
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ridhoino Kristo Sebastianus Melano
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK – Pohon terang terpasang di sudut ruangan percis di sebelah berdirinya goa natal yang dihiasi patung-patung mungil sebagai pelengkap kisah kelahiran Yesus Kristus.
Beberapa anak balita berkejaran bermain sembari tertawa mengelilingi ruang tamu. Anak lainnya sibuk sendiri bermain dengan benda di dekatnya. Sementara yang lain duduk terdiam di kursi roda dalam ruanggan Panti Asuhan Bhakti Luhur Jalan Wonoyoso Kotabaru.
Ketua Panti Asuhan, Suster Erosvita Rosalina Alma menceritakan, menjelang natal, mereka selalu membersihkan panti asuhan, membuat kue, goa natal dan memasang pohon natal.
Tidak ada acara khusus yang mereka siapkan. Para penghuni panti telah memiliki acara natal sendiri bersama orang-orang yang akan berkunjung dan merayakan natal bersama mereka.
“Kita tidak ada buat acara sendiri, kita merayakan bersama orang-orang yang mengunjungi panti. Mereka yang membuat acaranya,” kata Suster Erosvita kepada Tribun, Kamis (22/12/2016).
Dikatakannya, ada 36 orang penghuni panti asuhan, terdiri dari 12 laki-laki dan 24 wanita dengan rentang usia mulai 0 tahun hingga 48 tahun.
Rumah panti bagi laki-laki berada di daerah Podomoro, sementara yang perempuan di Kotabaru. Dari keseluruhan, ada dua orang yang bersekolah normal, sedangkan yang lain menjalani terapi.
Mereka semua merupakan warga Kalimantan Barat yang dititipkan di panti asuhan oleh orang lain, bahkan orangtua mereka sendiri yang merasa repot mengurus, lantas menyerahkan ke panti asuhan.
Hal ini karena mereka yang berkebutuhan khusus ini hanya duduk saja dan tidak bisa berbuat apa-apa. Berbeda dengan yang normal bisa beraktivitas dan bekerja.
Mereka sangat bergantung dari orang lain dalam beraktivitas sehari-hari. Mereka membutuhkan kasih dan dimanusiakan.
“Seandainya saya diperlakukan tidak seperti orang normal pada umumnya bagaimana, kita seperti itu, jadi memanusiakan manusia yang tidak dimanusiakan oleh keluarga dan orang sekitarnya,” ucap Suster Erosvita.
Panti asuhan inilah yang menjadi tempat mereka dapat menjalani kehidupan layaknya manusia normal. Bahkan ada di antara mereka yang dihamili orang hingga memiliki anak perempuan. Mereka berdua tinggal di panti.
Ia sendiri tak menyadari kalau dirinya hamil dan memiliki anak. Dia tak bisa berbuat apa-apa, jangankan mengurus anak, dirinya sendiri saja tak mampu ia urus.
“Dia itu dari kampung di Kabupaten Landak, dibawa dari sana ke sini, kepala desa tidak mau, keluarga tidak mau jadi diantar ke sini,” cerita suster dengan mata berkaca-kaca.
Menurut suster, natal membawa kegembiraan untuk siapa saja, tidak memandang siapa dia, tetapi manusianya. Seperti di sini yang dilihat bukan suku, agama, dan ras, melainkan manusianya.
Di panti bukan hanya ada agama katolik dan kristen saja yang diterima, tetapi semua agama termasuk muslim. Panti tidak membedakan siapa dia, tetapi manusianya yang ditolong karena mereka di rumah sudah tidak di pedulikan, di sinilah pengasuh membuat mereka gembira dan bahagia seperti anak-anak pada umumnya.
“Harapan kita, semua membawa damai untuk siapa saja yang kita jumpai,” harapnya.
Satu di antara anak berkebutuhan khusus Yosi (23) mengaku senang datangnya hari natal. Baginya di momen natal dia bisa mendapatkan hadiah dan kado.
Ia juga bisa menikmati makan enak dan berbagai jenis kue serta pakaian baru. Namun ia tidak bisa ikut ibadah ke gereja karna harus duduk di kursi roda.
“Natal aku di rumah saja, gak bisa ke gereja,” ucapnya lantang.
Yesi yang telah 12 tahun mendiami panti asuhan berharap dan berdoa bagi adik-adik dan penghuni panti lainnya agar diberikan kesehatan oleh Tuhan.
“Saya berdoa biar Tuhan memberkati mereka supaya sehat, panjang umur, murah rejeki, sukses dan cita-cita tercapai,” harapnya.